- Back to Home »
- KETIKA AGAMA DENGAN IPTEK SALING BERHUBUNGAN
Posted by : Unknown
Kamis, 07 November 2013
Pengertian dasar dari Ilmu pengetahuan (sains) adalah
pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut
metode ilmiah (scientific method). Sedang teknologi adalah pengetahuan dan
ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan
iptek. Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu agama yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia
dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan
dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan
manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan mu’amalah dan uqubat/sistem
pidana). Dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 190 – 191 yang artinya :
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,. (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.”
Dari ayat diatas menjelaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk dipelajari dan dimiliki. Secara garis besar,
berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga)
jenis paradigma :
Pertama, paradagima
sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu
sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari
kehidupan agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama
tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak
bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya.
Kedua, paradigma
sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi
agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun
dengan IPTEK. IPTEK bisa berjalan secara independen dan lepas
secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas,
tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara
sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya
dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka
agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan IPTEK. Seluruh bangunan
ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar
materialisme, khususnya Materialisme Dialektis. Paham Materialisme Dialektis
adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi
terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentanganpertentangan
yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri. Sedang
dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap
tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan. Berdasarkan
paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan
iptek.
Ketiga, paradigma
Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur
kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah
Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi
qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun
seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun
segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini
bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun (artinya) :
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.”(Qs. Al-Alaq [96]: 1).
Ayat ini berarti
manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran
dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah
Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman
kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.
Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan
shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi cemerlang
dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaanIPTEK Dunia
Islam antara tahun 700 M - 1400 M.
Pada masa inilah dikenal nama-nama seperti :
1. Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli
kimia termasyhur,
2. Al-Khawarizmi (w. 780) sebagai ahli matematika
dan astronomi,
3. Al-Battani (w. 858) sebagai ahli astronomi dan
matematika,
4. Al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran,
ophtalmologi, dan kimia,
5. Tsabit bin Qurrah (w. 908) sebagai ahli
kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi.